Jago Lagu
Jago Lagu

Problem Moral Konsumtivisme Masyarakat Modern

Problem Moral Konsumtivisme Masyarakat Modern

Problem Moral Konsumtivisme Masyarakat Modern

HarusTahu.info - Konsumtivisme adalah gaya baru. Sebuah gaya yang ditunjukkan adanya konsumsi yang berlebihan. Jika ditelisik lebih jauh, Konsumtivisme sudah menjadi bagian dari masyarakat modern yang ingin hidup dalam tingkat kemewahan, semua itu perlu diperhitungan lagi.

Pengertian Konsumtivisme

Revolusi Industri sudah mengalami kemajuan pesat. Peradaban manusia yang semula masih menggunakan alat bantu sederhana, kini sudah menggunakan teknologi digital yang sedemikian maju dan canggih. Persaingan antara kelas borjuis dan ploretar juga sudah mencapai klimaksnya.

Kelas pemodal menggunakan teknologi serta kemampuan keuanganya untuk membuat suatu barang atau produk yang bertujuan untuk dijual lalu mencari keuntungan sebanyak-banyaknya.

Dari sini permasalahan baru muncul, masyarakat yang sudah nyaman mengkonsumsi hal-hal yang berkaitan dengan sangan, pangan, papan yang standar diharuskan untuk melakukan perubahan pemikiran ketika barang atau produk yang dikeluarkan oleh kaum borjouis tersedia bermacam-macam di pasaran. Hasrat beli masyarakat yang tidak terkontrol itu membuat sebuah Problem Moral di tengah masyarakat modern saat ini.

Latar Belakang Konsumtivisme 

Pengaruh globalisasi di dunia industri saat ini sudah menyebabkan kemajuan bagi peradaban manusia. Banyak sekali perusahaan yang bermunculan untuk terus mengembangkan hasil produksi dari setiap pabrik dibuatnya.


Dengan begitu banyak sekali tuntutan atau kebutuhan sumber daya alam maupun sumber daya manusia untuk menopang segala tingkat produksi di dalam pabrik. Para pengusaha berlomba-lomba menciptakan sebuah barang/produk yang sekiranya menarik untuk dipasarkan, dengan begitu tingkat kepercayaan masyarakat bertambah dan tingkat penasaran manusia dalam kehidupannya juga ikut bertambah.


Manusia membutuhkan kesenangan, imbas dari kesenangan mengakibatkan konsumsi materi yang seolah-olah tiada habisnya. (Gultom, 2019)

Daya beli masyarakat yang dulu hanya berputar soal makan dan pakaian sehari-hari, perspektif itu berubah karena adanya pola pemikiran yang berbeda. Manusia era modern adalah manusia yang ingin keluar dari belenggu yang mengikat dirinya.


Masyarakat modern lebih mengutamakan bagaimana ia bisa mempertunjukan kehidupan mewah yang harus ditebus dengan harga yang sangat mahal. Masyarakat modern tidak lagi memikirkan dirinya di depan mata orang yang melihatnya, tetapi berbagai media sosial mampu memberikan tingkat kepercayaan tinggi kepada masyarakat modern dalam berbagi ataupun menunjukkan gaya hidup yang penuh kemewahan.

Seiring dengan perkembangan jaman, Konsumtivisme bukan lagi hal yang mengerikan. Tetapi perananya dalam merusak nilai-nilai hemat akan ternodai. Menurut (Mike, 2007) Konsumtivisme adalah paham yang hidup untuk konsumtif, sehingga orang yang dikatakan tidak lagi mempertimbangkan fungsi dan kegunaan ketika membeli barang, melainkan mempertimbangkan prestise yang melekat pada barang-barang tersebut. Tulisan ini berupaya untuk menjawab tentang


(1) Apa arti dari Konsumtivisme? (2) Apa arti dari Masyarakat Modern (3) Apa Problem moral yang ditonjolkan pada teori konsumtivisme ini?

Konsumtivisme Dalam Arti Luas

Konsumtivisme adalah ideologi yang membuat orang/sekumpulan orang melakukan proses perjalanan dari yang sebelumnya menjadi seorang konsumsi biasa lalu berubah menjadi konsumen yang berlebih dan tidak pantas secara paham dan berkelanjutan.


Hal ini juga tidak baik jika seseorang menjadi pecandu barang-barang buatan kapitalis yang bagus dan enak. Menurut (liska, 2011) menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk dalam masyarakat konsumsi diiringi dengan produk-produk baru yang didorong untuk meluasnya lingkup konsumsi dan pendapatan negara. (Saputra, 2017)

Perilaku ini juga bersifat sangat boros. Berlebihan, dan juga tidak mendahulukan keinginan dari pada kebutuhan. Serta tidak ada skala prioritas dalam pembelian. Dampak dari sifat konsumtivisme meliputi tingkat gaya hidup yang bebas dan tidak teratur, membuang uang, menciptakan perasaan yang serba instan dan lain sebagainya. Dalam diri manusia, menurut Marcuse, terdapat hasrat kekurangan (Lebensnot) ini yang terjadi pada masyarakat modern saat ini.

Kebutuhan yang berstandar pokok tidak lagi menjadi pemuas diri manusia Modern. Masyarakat semakin tidak mengidentifikasikan diri mereka mengikuti pola-pola pengelompokan tradisional. Tetapi cenderung mengikuti produk-produk konsumsi, pesan dan makna yang tersampaian. (Gultom, 2019)


Anggapan kehidupan mewah juga menjadi hasrat masyarakat modern. Mereka seolah menganggap bahwa semakin gairah dalam melakukan transaksi jual-beli, semakin menunjukan bahwa mereka mempunyai status sosial dalam pengakuan orang lain. Ini adalah suatu kebutuhan yang tidak terkontrol atau kebutuhan palsu. Apa arti dari kebutuhan palsu? Yaitu suatu keperluan yang dibebankan oleh aneka kepentingan sosial tertentu kepada semua individu dengan maksud menindas dan menggerogoti mereka (Marcuse, 1968).

Kebutuhan Konsumtivisme ini susah di kendalikan orang jiwa manusia yang memang diselimuti oleh perasaan ingin tampil beda. Karena ia hadir dalam realitas yang asli. Iklan-iklan produk di berbagai media sosial mempengaruhi gaya berpikir masyarakat modern.


Sehingga semakin mereka membeli kebutuhan yang sebenarnya tidak menjadi kebutuhan prioritas mereka, hal itu semakin membuat masyarakat modern percaya diri. Yang diuntungkan dalam hal ini adalah para Kapitalis yang mengelola industri, hal itu telah menjadikan seakan menjadi invisible (Smith, 2009)


Masyarakat Modern dan Konsumtivisme 

Banyak pengertian yang dituliskan oleh para ahli tentang pengertian masyarakat. Istilah kata masyarakat sendiri berasal dari kata Arab syaraka yang berarti “ikut serta, berpartisipasi” Masyarakat merupakan sebagai satuan sosial dan suatu keteraturan yang ditemukan secara berulang-ulang. (Susanto,1999)

Sedangkan menurut (Dannerius Sinaga, 1988) Masyarakat yaitu orang yang menempati suatu daerah atau wilayah baik langsung maupun secara tidak langsung berhubungan sebagai pemenuhan kebutuhan, terkait sebagai satuan sosial melalui perasaan solidaritas karena latar belakang dan sejarah yang berbeda. Jika di tarik kesimpulan dari pengertian ahli bisa dimaknai bahwa masyarakat adalah suatu perkumpulan orang yang sifatnya bebas, tidak terikat, dan belum jelas tetapi nampak. (Prabowo)

Masyarakat Modern merupakan masyarakat yang sudah tidak terikat pada adat-istiadat kedaerahan. Adat merasa sebagai penghambat kemajuan dan merasa perlu di tinggalkan lalu mengadopsi nilai-nilai yang secara rasional diyakini membawa perubahan, sehinngga lebih visioner menerima ide-ide baru (Dannerius Sinaga, 1988) setelah masyarakat modern meninggalkan hal-hal yang bersifat kedaerahan, tetapi masyarakat modern masih berpikir realistis dengan menganggap bahwa solidaritas sosial organis masih perlu dilakukan, misal membuat komunitas atau sering berkumpul di luar dari kegiatan mereka sehari-hari.

Dikarenakan sikap dan pemikiran Masyarakat Modern yang sudah maju ini, sering kali mereka berfikir jika konsumsi yang bersifat pangan ataupun prioritas sudah tidak menunjukan kelas sosial. Tingkat peradaban yang mengharuskan masyarakat modern untuk terus saling berlomba-lomba memantaskan diri di kalangan mereka yaitu dengan cara sikap pembelian hal yang diluar batas wajar.

Dengan begitu rasa bangga di benak masyarakat modern karena sudah terlihat gaya akan semakin memuncak. Dengan begitu ketika mereka berkumpul dalam lingkaran solidaritas mereka, rasa percaya diri itu muncul dan hal ini yang menjadi dasar pemikiran sifat konsumtivisme terjadi.

Dan ini tidak bisa terelakkan. Jadi Masyarakat modern bisa dikatakan semakin tidak mengidentifikasi diri mereka mengikuti pola-pola pengelompokan tradisional, namun cenderung mengikuti produk kapitalis. Konsumsi didorong oleh hasrat untuk menjadi sama dan sekaligus menjadi serupa dengan lainnya. (Suseno, 1999)

Problem Moral Masyarakat

Jika ditinjau dari filsafat moral. Hal ini jelas menyimpang dari etika yang berkembang. Gaya hidup masyarakat telah berubah, menghamba pada hasrat daripada rasional demi mencapai sebuah gaya hidup yang palsu.

Segala sesuatu/hal yang bersangkutan dengan tingkah lagu manusia bersifat mutlak. Dari kesadaran sebagai pengembara pada wilayah kebenaran tanpa batas, dapat simpulkan bahwa manusia sebenarnya terarah pada kebenaran, tetapi jika ada hal yang bersifat manipulatif terus menghantui benak manusia artinya kekosongan dalam jiwa manusia itu akan muncul karena hal dasar dari manusia sejati adalah selalu berusaha agar cara berpikir dan tindakannya benar, tidak sembarangan. (Dewantara, 2017)

Konsumtivisme adalah gaya baru, dimana hasrat untuk membeli sesuatu produk kapitalis semakin tinggi, tujuan inti dari gaya baru ini adalah pemuasan hasrat dalam manusia. Padahal tuhan sudah menciptakan manusia yang dianugerahi akal pikiran, raional hadis dalam proses tindakannya.

Misal (1)Perencanaan, (2) Pengambilan, (3) Keputusan, (4) Penegasan Kehendak. Dari hal ini proses refleksi – aksi – evaluasi sudah menunjukan bahwasanya manusia memang harus berpikir menggunakan rasional. Tetapi selama hasrat masih mendominasi batin manusia, hal itu akan tetap menjadi suatu masalah baru bagi kegiatan sosial di masyarakat.

Kesimpulan

Masyarakat Modern adalah masyarakat yang hidup di tengah-tengah kota yang penuh dengan kehidupan yang penuh dengan tantangan. Manusia saling bersaing satu dengan yang lain, semua hal yang berbau dengan gaya hidup yang baru mulai muncul, misalnya dengan perilaku Konsumtivisme.

Konsumtivisme adalah sebuah ideologi baru, dimana masyarakat mengutamakan hasrat untuk membeli barang-barang yang sebenarnya bukan kebutuhan utama. Tujuan mereka adalah untuk memberikan kepuasan batin moralnya.

Padahal jika ditelisik lebih dalam. Manusia adalah mahluk ciptaan tuhan yang harus berpikir terlebih dahulu menggunakan rasionalitas, tidak mementingkan hasrat. Permasalahan terjadi di lapangan, sang pemodal memproduksi barang baru besar-besaran dengan diskon dan gaya iklan yang menarik membuat masyarakat modern turut menjadi konsumen loyal.

Perpindahan sifat konsumerisme menjadi konsumtivisme adalah gaya baru yang menjadi permasalahan moral bagi awal abad 21 ini.

Referensi

Dewantara, A. W. (2017). Filsafat Moral (Pergumulan Etis Keseharian Hidup Manusia). Yogyakarta: PT. Kanisius.

Gultom, A. F. (2019). Konsumtivisme Masyarakat Satu Dimensi Dalam Optik Herbert Marcus. 14.

Prabowo, M. N. (t.thn.). Meretas Kebahagiaan Utama Di Tengah Pusaran Budaya Konsumerisme Global. 24.

Saputra, A. D. (2017). Masyarakat Konsumsi. 11.

Suseno, F. M. (1999). Pemikiran Karl Marx. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.


Hits: 3055x | Berikan Komentar!

Khoirul Huda
Warga Soliter

Senang mengunjungi tempat-tempat bersejarah, kadang-kadang giat menulis apa saja yang diinginkan di perihalsepele.blogspot.com dan bagian kecil dari Indonesia

Komentar (0)
Tinggalkan Komentar
Ingatlah untuk selalu berkomentar dengan sopan sesuai pedoman situs ini
Komentar ()

MENARIK UNTUK DIBACA!

Ini Hal Menarik Yang Akan Kamu Alami Saat Memasuki Usia Belasan Tahun
NULIS ?