HarusTahu.info - Tragedi mematikan di stadion kanjuruhan malang menjadi kisah memilukan dalam sejarah sepak bola Indonesia, laga Arema FC dan Persebaya Surabaya dalam ajang Liga 1 2022-2023 di Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang mengakibatkan ratusan korban jiwa.
Tragedi 1 Oktober 2022 Stadion Kanjuruhan, Gas Air Mata Yang Mematikan
Dikutip dari pernyataan salah satu korban selamat, melalui akun twitternya @RezqiWahyu_05 mengatakan secara detail kronologi kericuhan yang mangakibatkan korban jiwa di stadion kanjuruhan malang.
Saat itu, semuanya masih berjalan aman dan tertib ketika para suporter memasuki Stadion Kanjuruhan Malang. Saat para pemain melakukan kick off, pertandingan masih berjalan lancar tanpa adanya kericuhan, hanya beberapa suporter Arema FC saling melontarkan psywar ke arah pemain Persebaya.
Pada jeda istirahat setelah babak pertama, terdapat sekitar 3 kali keributan kecil di tribune 12-13, namun berhasil diamankan oleh pihak berwenang.
Di babak kedua, Persebaya berhasil mencetak gol untuk ketiga kalinya, Arema FC terus melakukan serangan dan menggempur gawang skuad Bajul Ijo. Namun, hingga peluit tanda berakhirnya permainan masih belum berhasil menambahkan golnya.
“Di sinilah awal mula tragedi dimulai. Setelah peluit dibunyikan, para pemain Arema tertunduk lesu dan kecewa”
Kronologi Mulai Terjadinya Kericuhan Supporter dan Pihak Keamanan
Pelatih dan manajer tim Arema FC mendekati tribune timur dan menunjukkan gestur meminta maaf kepada para suporter yang hadir.
Dari arah tribune selatan, ada seorang suporter yang nekat memasuki lapangan dan mendekati Sergio Silva dan Maringa. Ia terlihat memberikan motivasi dan kritik kepada mereka.
Mengapa Pembelajaran Online Adalah Alternatif Yang Bagus Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Kemudian, beberapa oknum turut menerobos masuk dan meluapkan kekecewaannya kepada para pemain Arema, membuat John Alfarizi terlihat memberikan pengertian kepada para oknum tersebut.
Para suporter dari berbagai sisi stadion turut memasuki lapangan untuk meluapkan kekecewaannya kepada para pemain, sehingga membuat keadaan semakin ricuh.
Keadaan semakin tidak terkendali, diikuti dengan lemparan berbagai macam benda ke dalam lapangan, sehingga para pemain digiring masuk ke ruang ganti dengan dikawal oleh pihak berwajib.
“Pihak aparat juga melakukan berbagai upaya untuk memukul mundur para suporter, yang menurut saya perlakuannya sangat kejam dan sadis,” ujarnya.
“Dipentung dengan tongkat panjang, satu suporter dikeroyok aparat, dihantam, dan banyak tindakan lainnya,” kata dia menyambung.
Menemukan Kesenangan dalam Hobi Fotografi: Tips dan Trik untuk Mengambil Gambar yang Mengesankan
Ketika aparat memukul mundur suporter di sisi selatan, dari sisi utara turun dan menyerang ke arah aparat. Kondisi semakin tidak kondusif akibat banyaknya suporter yang masuk kelapangan.
Aparat beberapa kali menembakkan gas air mata ke arah suporter yang di lapangan, dan dibalas dengan serangan lemparan dari suporter sisi barat dan utara.
Puncak Tragedi dari Gas Air Mata Yang Mematikan
Selain gas air mata yang ditembakkan ke arah suporter di setiap sudut lapangan, ada juga yang ditembakan ke arah tribune 10.
Para penonton yang panik karena gas air mata semakin ricuh dan berlarian mencari pintu keluar. Namun sayang pintu keluar sudah penuh sesak oleh para suporter yang panik terkena gas air mata.
Banyak wanita, orang tua, dan anak kecil terlihat sesak tak berdaya karena tak kuat berjubel untuk keluar stadion dan terkena gas air mata.
“Seluruh pintu keluar penuh dan terjadi macet,” ujarnya.
Di dalam stadion, para suporter sesak karena gas air mata yang sudah ditembakkan ke berbagai arah, sedangkan untuk keluar pun sulit karena pintu yang penuh sesak.
Di luar banyak yang terkapar dan pingsan, efek terjebak di dalam stadion yang penuh dengan gas air mata.
Sekitar pukul 22.30 WIB masih banyak insiden pelemparan batu ke arah mobil aparat dan juga pengeroyokan karena para suporter menganggap mereka dikurung dalam stadion dengan puluhan gas air mata.
Penembakan gas air mata kembali terjadi di luar stadion, tepatnya di sekitar tribune 2 Kanjuruhan. Keadaan semakin mencekam, banyak suporter yang lemas, terdengar teriak dan tangisan wanita.
Larangan Resmi FIFA Terkait Penggunaan Gas Air Mata
Penggunaan gas air mata oleh polisi menjadi sorotan dalam kejadian ini. Padahal dalam aturan FIFA terkait pengamanan dan keamanan stadion (FIFA Stadium Saferty dan Security Regulations), petugas keamanan tidak diperkenankan memakai gas air mata.
Hal itu sebagaimana tertulis di pasal 19 b tentang petugas penjaga keamanan lapangan (Pitchside stewards), yang berbunyi, "No firearms or 'crowd control gas' shall be carried or used (senjata api atau 'gas pengendali massa' tidak boleh dibawa atau digunakan).
Dalam Tragedi Kanjuruhan, polisi berdalih bahwa gas air mata itu dikeluarkan untuk mereda kericuhan suporter. Polisi bukan hanya menembakkan gas air mata ke arah suporter yang masuk ke lapangan, tapi juga ke tribun penonton Stadion Kanjuruhan, yang kemudian memicu kepanikan.
Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Nico Afinta, menyatakan, pendukung Arema FC yang turun ke lapangan melakukan tindakan anarkis dan membahayakan keselamatan. Hal itulah yang menjadi pembenaran polisi menembakkan gas air mata.
Hingga tulisan ini tayang, terdapat setidaknya 130 korban meninggal dari pihak supporter dan pihak keamanan. Menurut kalian, Tragedi 1 Oktober 2022 Stadion Kanjuruhan, Gas Air Mata Yang Mematikan siapa yang salah?
Doa terbaik untuk seluruh korban meninggal tragedi kanjuruhan, tidak ada sepak bola seharga nyawa.
Komentar (0)